Posts Tagged ‘abdullah’

a jejak bso11

Konstruksi dinding Benteng Somba Opu (BS0), bekas istana kerajaan Gowa yang dibangun dalam abad XVI (1545) tidak berbentuk persegi empat sebagaimana terdapat dalam catatan dan peta lama sejumlah bangsa asing. Termasuk dalam kenyataannya  tidak sama dengan peta lama BSO yang dilukiskan berbentuk segi empat panjang yang sekarang dipajang sebagai lukisan pantul di langit-langit museum Patingaloang di dalam areal BSO.

Bukti dinding BSO tidak berbentuk empat persegi panjang dapat dilihat secara kasat mata di puing bekas dinding BS0 bagian selatan. Sejak dilakukannya eskavasi (penggalian) tahun 1989 terhadap puing BS0 yang telah tertanam lebih 3 abad setelah dihancurkan pihak kolonial usai ditandatangani Perjanjian Bungayya tahun 1667 dengan Kerajaan Gowa, sebenarnya sudah terlihat hasil eskavasi dinding BS0 dengan ketebalan dinding sekitar 2 meter di arah selatan tidak dalam bentuk lurus tetapi berkelok-kelok menyerupai sejumlah huruf S yang sambung menyambung dalam beragam lekuk ukuran.

a jejak bso8Lekukan tersebut sekarang dapat ditelusuri dari sudut dinding barat benteng ke arah rumah adat Kajang, memutar museum Patingaloang, membelok ke arah Baruga Somba Opu, berkelok samping lokasi treep top, rumah adat Toraja dan Mamasa, seterusnya melengkung ke dinding BS0 arah timur yang berimpit dengan Taman Burung milik Gowa Discovery Park, menjadi bukti nyata bahwa dinding BS0 tidak berbentuk persegi empat.

Anehnya, hingga sekarang sejumlah data termasuk catatan Latar Historis dan arkeologi yang dipajang pihak terkait sebagai papan bicara di situs BS0 masih memaparkan bahwa berdasarkan hasil stilasi Francois Valentijn dan kemudian disempurnakan oleh Bleau dalam sebuah peta tahun 1638, dinding BS0 berbentuk segi empat panjang.

Berdasarkan hasil pemetaan praeskavasi pihak Suaka Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Sulselra tahun 1986, luas BS0 113.590 meter bujursangkar. Dinding benteng yang terbuat dari susunan batu bata dan batu padas saat dieskavasi umumnya sudah dalam kondisi hancur.

Hanya di bekas dinding BS0 bagian barat yang tampak masih ada sebagian dinding yang tegak tinggi sekitar 3 meter dengan ketebalan susunan batu bata selebar 3 hingga 4 meter. Konstruksi dinding melintang lurus arah utara – selatan.

a jejak bso4Sedangkan dinding BS0 di bagian timur dan selatan sudah dalam kondisi hancur tertimbun tanah namun masih terlihat alur dan susunan batu bata bekas kaki dinding benteng. Termasuk tampak jelas bekas kaki dinding benteng di arah selatan yang meliuk-liuk kemungkinan mengikuti kontur tepian sungai Garassi atau Binanga Barombong yang dahulu berimpit dengan dinding BS0 bagian selatan.

Sedangkan jejak dinding BS0 sebelah utara sama sekali tidak ditemukan hingga saat ini. Arah utara BS0 dahulu berbatasan dengan Sungai Jeneberang.

Hilangnya jejak bekas dinding BS0 di arah utara banyak yang menduga jika tergerus arus banjir sungai setelah dibombardir kolonial lebih dari 300 tahun lalu.

a jejak bso3Alur sungai Jeneberang di arah utara sudah ditutup dan dialihsatukan ke sungai Garassi sebelah selatan BS0 seiring dengan dilakukannya eskavasi BS0 tahun 1989. Bekas alur sungai Jeneberang di arah utara BS0 seluas lebih dari 110 hektar itulah yang kini menjadi Danau Tanjung Bunga dan masuk wilayah kelurahan Maccini Sombala, kota Makassar.

Bahkan situs BS0 arah utara dan barat kini sebagian besar telah menjadi area pemukiman. Kondisi terkini puing bekas dinding BS0 sebagian besar berlumut dan berantakan. Rumah-rumah adat etnis Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar yang dibangun di areal situs BS0 dalam masa kepemimpinan Gubernur Sulawesi Selatan Prof Dr HA Amiruddin Pabittei (alm) kini konstruksinya sudah banyak yang rusak.

Sejumlah rumah adat tampak banyak yang ditawarkan untuk dipersewakan dengan ditempeli nomor-nomor HP yang dapat dihubungi bagi yang hendak menggunakannya. Termasuk Baruga Somba Opu yang merupakan rumah adat etnik Makassar yang bangunannya dibuat lebih dari 100 tiang kini dalam kondisi mulai kumuh tak terpelihara. Demikian halnya rumah adat tradisional Gowa, Luwu, Bulukumba, Soppeng, Makassar, Sidrap, Toraja, dan Mamasa terkesan tidak terurus. Beberapa warung atau kios tampak bebas dibangun berimpit dengan bangunan-bangunan rumah adat.

a jejak bso2Sebagian besar jalan paving blok dalam areal BS0 terutama di arah barat telah rusak tak nyaman untuk dilalui berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan. Areal BS0 tidak mengesankan sebagai obyek kunjungan rekreasi, wisata atau taman yang dipelihara atau dikelola secara profesional.

Tanpa kepedulian para pihak atau perhatian khusus penanganan,  pemeliharaan dan pengembangan areal situs BS0 yang telah gagal dikembangkan sebagai Taman Miniatur Sulawesi (TMS) sebagaimana pernah dicanangkan sejarawan DR Mukhlis Paeni, maka secara pelan tapi pasti bukti jejak peradaban, bukti jejak sejarah kebesaran masa lalu di Sulawesi Selatan tersebut akan kembali tertimbun atau pupus oleh beragam musabab dan kepentingan lainnya. (Mahaji Noesa, tulisan ini telah diposting di kreport kompas.com 11 Agustus 2014)

Pemimpin pilihan rakyat yang merakyat itulah Prof DR HM Nurdin Abdullah, M.Agr. Alumni Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin (Unhas) yang meraih gelar master dan doktor di Kyushu University Tokyo, Jepang ini didampingi Wakil Bupati H Muhammad Yasin, menurut rencana akan dilantik oleh Gubernur Sulsel H.Syahrul Yasin Limpo atas nama Mendagri pada 15 Agustus 2013 untuk kali kedua sebagai Bupati Bantaeng, Sulawesi Selatan, periode 2013 – 2018.                                

Seperti periode pertamanya 2008 – 2013, Nurdin Abdullah, guru besar akademik yang menjabat bupati tersebut mendapat dukungan penuh dari berbagai elemen masyarakat di kabupaten Bantaeng. Bahkan untuk periode kedua, rakyat dan partai yang melamarnya untuk maju kembali mencalonkan diri sebagai bupati Bantaeng (Simak: Peristiwa Luar Biasa 2012 Tapi Tak Populer/kompasiana, 29 Desember 2012)

Dukungan suara yang diperoleh ke  periode kedua lebih dari 70 persen, suatu rekor dukungan tertinggi yang diberikan rakyat pemilih selama ada Pilkada langsung bupati/walikota di Sulawesi Selatan.                                                                            

Tidak banyak yang tahu, bahwa sejak dilantik sebagai bupati Bantaeng periode pertama, 6 Agustus 2008, Nurdin Abdullah yang kelahiran Parepare, 7 Pebruari 1963 tersebut sudah menerapkan model blusukan keluar masuk kampung dan pemukiman berdialog lepas dengan warga di wilayah pegunungan, dataran rendah maupun nelayan yang bermukim sepanjang pesisir pantai Bantaeng yang berbatasan dengan Laut Flores tersebut.      

Selain sering menyetir mobil sendiri, suami dari Ir Hj Liestiaty Fachruddin, M.Fish hampir setiap pagi hari menyempatkan waktu bersepeda atau berjalan kaki berkeliling kota Bantaeng yang sudah dua kali menerima anugerah Piala Adipura sembari berdialog dengan rakyat di berbagai tempat, mendengar lansung harapan dan  aspirasi mereka.                                          

Bupati Nurdin Abdullah sering berbincang dengan pedagang Kaki-5, berdialog dengan nelayan, petani, pengayuh becak hingga duduk lesehan bersama warga menikmati kuliner di pesisir pantai kota, sehingga bukan cerita luar biasa bagi warga Bantaeng. Rakyat merasakan betapa sosok Nurdin Abdullah adalah pemimpin merakyat yang tak punya sekat birokrasi untuk ditemui langsung berdialog dengan warga kapan dan dimana saja.            

Rumah jabatan bupati yang disediakan dengan segala fasilitasnya di tengah kota Bantaeng, ibukota Kabupaten Bantaeng selama ini dijadikan sebagai tempat menjamu serta menginap bagi tamu-tamu daerah. Nurdin Abdullah bersama keluarga justru tinggal di rumah pribadinya di Bonto Atu, dimana setiap subuh hari sudah terbuka dan selalu ramai didatangi  warga  untuk berjumpa langsung bupati menyampaikan berbagai masalah kemasyarakan yang dihadapi hingga mendialogkan masalah-masalah pribadi kehidupan rumah tangga mereka. Masyarakat Bantaeng umumnya mengetahui keterbukaan dan pelayanan bupati Nurdin Abdullah seperti itu.                                  

”Sebagai aparat pelayan masyarakat sebisanya sepanjang waktu tersedia kami senantiasa berupaya dapat melayani terutama berkaitan dengan mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi, atau upaya-upaya untuk meningkatkan usaha dan tingkat kesejahteraan mereka,” tutur Nurdin Abdullah.                               

Selama 5 tahun  kepemimpinan bupati Nurdin Abdullah dia mencanangkan  program The New Bantaeng dengan menetapkan pendekatan tiga kluster penanganan dan pengembangan sesuai karakteristik dan potensi daerah yang tiga dimensi — pegunungan, dataran dan pantai untuk  peningkatan kesejahteraan rakyat Bantaeng. Pengembangan potensi dilakukan diiringi upaya besar-besaran membangun infrastruktur jalanan. Dari titik 0 di dataran rendah jaringan jalan kini sudah mencapai  wilayah-wilayah pegunungan diketinggian 1.300 dpl dengan kondisi beraspal hotmix. Sejumlah fasilitas berkaitan dengan pengembangan infrastruktur industri, pariwisata, pelayanan kesehatan, dan pendidikan serta pelayanan dasar lainnya sudah dihadirkan di Bantaeng.  Hasilnya, angka kemiskinan yang melebihi 12 persen (1998) kini sudah berahsil ditekan kurang dari 7 persen. Angka pengangguran dari lebih 12 persen menjadi sekarang sisa sekitar 3 persen. Laju pertumbuhan ekonomi dari hanya 5 koma persen kini menjadi 8,9 persen di daerah yang berpenduduk sekitar 170 ribu jiwa tersebut.                                      

Memasuki pengabdian periode kedua sebagai Bupati Bantaeng, Nurdin Abdullah, mantan Presiden Direktur PT Maruki Internasional Indonesia menyatakan, tidak ada yang namanya program 100 hari sebagai target yang harus segera diraih.                              

”Kami akan tetap melaksanakan visi-misi dalam periode pertama yaitu melanjutkan pelaksanaan program The New Bantaeng yang didisain untuk pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat selama 20 tahun ke depan,” katanya.                      

Dalam suatu dialog lepas dengan bupati Bantaeng yang juga adalah Ketua Persatuan Alumni Mahasiswa Jepang (Persada) Sulawesi Selatan, berulangkali ia menyatakan prinsip untuk tetap menggunakan APBD diarahkan terutama untuk meningkatkan pendapatan serta tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk membangun infrastruktur di daerah akan senantiasa diupayakan melalui dana-dana bantuan atau investasi. Alasan Nurdin, dana APBD yang kecil akan habis terkuras jika juga dimanfaatkan untuk membangun infrastruktur yang beranggaran besar.

Nurdin berulangkali mengatakan, bupati atau walikota tak berperestasi tak akan didengar oleh rakyatnya. ‘’Makanya, pemimpin rakyat itu sekarang dituntut untuk bekerja yang dapat dirasakan rakyat, bukan lagi masanya menonjolkan performance atau cassing yang indah, karena rakyat sekarang sudah cerdas hanya akan mendukung langkah kerja yang memberi hasil nyata,’’ katanya.

Memasuki periode kedua, tampaknya ada tekad Nurdin Abdullah mengembangkan industri-industri layanan dasar di kabupaten Bantaeng. Kini sudah ada 6 investor merencanakan membangun smelter atau pabrik pengolahan bijih nikel dan bijih besi di Bantaeng. Investasinya sekitar Rp 20 Triliun. Melalui MoU yang sudah ditandatangani dengan Badan Keuangan Amerika-Eropa akan ada guyuran dana investasi sekitar Rp 1 triliun untuk membangun dan mengembangkan Pelabuhan Laut di Kota Bantaeng. Ada rencana investasi Rp 29 Triliun untuk membangun kilang pengolahan minyak, bensin dan avtur di Bantaeng. Guna menopang pembangunan industri tersebut sudah siap dibangun pembangkit listrik berkekuatan 600 Mega Watt.        

”Dari pengembangan industri-industri tersebut daerah bisa mengembangkan pungutan retribusi bagi peningkatan pendapatan daerah,” jelas Nudin Abdullah.                            

Dari berbagai kesempatan dialog, ada obsesi  Bupati Nurdin Abdullah untuk menjadikan Kota Bantaeng sebagai kota Water Front City yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru, industri  dan tujuan wisata di wilayah selatan Sulawesi Selatan.                                          

”Saya ingin masyarakat Bantaeng hidup aman dan sejahtera, saya ingin rakyat Bantaeng bangga sebagai orang Bantaeng karena daerahnya yang aman, maju dan sejahtera,” kata Nurdin Abdullah. Selamat dan Sukses atas Pelantikan HM Nurdin Abdullah dan Muhammad Yasin sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bantaeng periode 2013 – 2018. (Mahaji Noesa/kompasiana 13 Agustus 2013)

Peristiwa Luar Biasa 2012 Tapi Tak Populer

Sebuah peristiwa tergolong di luar kebiasaan terjadi di kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan tahun 2012 sehubungan kesadaran penegakan demokrasi di Indonesia tapi tidak populer.

Betapa tidak luar biasa, inilah mungkin peristiwa pertama terjadi sejak Indonesia merdeka, dimana puluhan ribu rakyat datang berbondong-bondong langsung meminta kesediaan seorang bupati petahana (incumben) untuk kembali menduduki kepemimpinan sebagai bupati periode kedua.

Peristiwa bukan rekayasa tersebut tepatnya terjadi pada Rabu, 28 Nopember 2012. Secara tak disangka-sangka sebelumnya, sekitar 30.000-an massa mewakili rakyat dari berbagai penjuru kecamatan yang ada di kabupaten Bantaeng, mendatangi rumah kediaman pribadi Prof.Dr.Ir.H. Nurdin Abdullah,M.Agr di Bonto Atu, kota Bantaeng, ibukota kabupaten Bantaeng.

Kehadiran massa dalam jumlah yang besar tersebut spontan mengejutkan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang bertugas di rumah pribadi yang ditinggali sejak doktor alumni Kyusu Univercity Tokyo, Jepang ini dilantik sebagai Bupati Bantaeng, 6 Agustus 2008.

Tapi setelah sejumlah perwakilan rakyat dari kecamatan yang ada di kabupaten Bantaeng menjelaskan keinginannya, mereka lalu diterima untuk bersilaturrahmi. ‘’Kami datang memohon kesediaan tulus Nak Nurdin untuk dapat kembali mencalonkan diri sebagai Bupati Bantaeng periode 2013 – 2018,’’ jelas Ahmad Karim, salah seorang tokoh masyarakat yang juga adalah Ketua Dewan Guru di kabupaten berjuluk ‘Butta Toa’ Bantaeng.

Sebelumnya, sejumlah partai politik telah datang melamar Nurdin Abdullah untuk diusung sebagai calon Bupati Bantaeng 2013 – 2018, namun tidak memberi jawaban. Padahal Pilkada Bupati Bantaeng periode 2013 – 2018 akan digelar 17 April 2013.

Beberapa saat kemudian gelombang kedua massa rakyat Bantaeng dengan membawa Bosara layaknya melamar calon pengantin wanita kembali menghubungi mantan Presiden Direktur PT.Maruki Internasional Indonesia meminta kesediaannya melanjutkan kepemimpinan bupati untuk periode kali kedua.

Setelah peristiwa tersebut, juru bicara 6 fraksi ketika memberikan pandangan dalam Sidang Paripurna DPRD Bantaeng, Sabtu (15/12) tentang Penetapan Rancangan APBD 2013 memuji kinerja khususnya kepemimpinan Nurdin Abdullah sebagai Bupati Bantaeng.

RAPBD Bantaeng 2013 ditetapkan sebesar Rp 559,7 miliar. Saat Nurdin Abdullah mulai menjabat Bupati Bantaeng 2008, APBD Bantaeng hanya berkisar Rp 260 miliar.

Sehari kemudian, Minggu (16/12), Partai Amanat Nasional (PAN) Kabupaten Bantaeng atas dukungan DPP PAN Pusat dan DPW PAN Sulsel langsung memberikan dukungan kepada Nurdin Abdullah sebagai Calon Bupati Bantaeng periode 2013 – 2018 tanpa syarat dan mahar. Sebelumnya, Partai Hanura, Partai Demokrat dan PKNU telah meminta kesediaan Nurdin Abdullah dicalonkan melanjutkan kepemimpinan bupati untuk periode 2013 -2018.

‘’Jika rakyat Bantaeng menginginkan, dengan senang hati saya akan melanjutkan. Artinya, saya akan maju sebagai pelayan rakyat untuk periode kedua di Bantaeng tanpa perlu lagi membuang-buang uang untuk berkampanye. Uang kampanye sebaiknya digunakan untuk kepentingan perbaikan taraf hidup dan peningkatan kesejahteraan rakyat,’’ kata Nurdin Abdullah menyahuti permintaan rakyat.

Rektor Universitas Hasanuddin Prof.Dr.dr.Idrus A.Paturusi saat melakukan kunjungan kerja bersama Pangdam VII/Wirabuana Mayjen TNI Muhammad Nizam, Minggu (23/12) ke Bantaeng, menyatakan mengizinkan Guru Besar Fakultas Pertanian dan Kehutanan Unhas tersebut untuk mencalonkan diri sebagai Bupati Bantaeng periode kedua.

 ‘’Saya ikut mengantar dia ketika mendaftar sebagai calon Bupati Bantaeng periode pertama. Nurdin Abdullah ternyata mampu menjadi nakoda dengan memperlihatkan contoh kejujuran dan keikhlasan memimpin roda pemerintahan, pembangunan serta urusan-urusan kemasyarakatan yang patut dicontoh bagi almamater lainnya,’’ kata Idrus Paturusi.

Selain terjadi kemajuan fisik dan infrastruktur di semua sektor pembangunan, rakyat Bantaeng merasakan seperti apa yang dijanjikan Nurdin Abdullah ketika menerima jabatan Bupati Bantaeng periode pertama, akan berupaya sekuat mungkin mengolah dan memanfaatkan potensi Bantaeng bagi peningkatan kesejehteraan hidup rakyat.

Tahun 2008 tercatat laju pertumbuhan ekonomi kabupaten Bantaeng 5%, saat ini sudah mencapai 8 persen. Inkam perkapita 2008 Rp 5 juta kini sudah mencapai Rp 11 juta. Penduduk miskin yang jumlahnya 11% tahun 2008 sudah menurun menjadi sisa sekitar 8 persen tahun 2012. Dari lebih 172 ribu jiwa penduduk Bantaeng, tercatat 136.369 orang wajib pilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pilgub dan Pilbup di Sulsel tahun 2013. Lebih dari 80 persen dari wajib pilih di bantaeng tersebut, melalui tokoh dan perwakilannya telah menyatakan langsung jaminan untuk memilih Nurdin Abdullah sebagai Bupati Bantaeng periode 2013 – 2018.

Berbagai prestasi membanggakan telah dicatat masyarakat dan pemerintah kabupaten Bantaeng di tingkat provinsi maupun nasional. Banyak pejabat negara dan tokoh nasional kagum, serta tidak sedikit daerah telah datang belajar rahasia Bantaeng mampu membangun daerah meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan APBD minim, bahkan terkecil di antara APBD dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Luar biasa! (Mahaji Noesa, kompasiana, 29 Desember 2012)

 

 

Gambar

Syahrul Yasin Limpo dan Agus Arifin Nu’mang/Foto: Sulsel.go.id

Pelantikan pasangan Sayang – Syahrul Yasin Limpo (SYL) dan Agus Arifin Nu’mang sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel terpilih periode 2013 – 2018, Senin, 8 April 2013, di halaman rumah jabatan Gubernur Sulsel, merupakan titik start kepemimpinan periode lima tahun kedua pasangan petahana ini.

Kepercayaan masyarakat Sulsel memilih kembali pasangan Sayang memimpin jalannya pemerintahan, pembangunan dan urusan-urusan kemasyarakatan 5 tahun ke depan, banyak didasari penilaian dari sejumlah keberhasilan dicapai dalam kepemimpinan lima tahun sebelumnya.

Gambar

Peroyek monumental jalur kereta api Makassar – Parepare/Foto:google-pustakasekola.com

Program Pendidikan Gratis dan Pelayanan Kesehatan Gratis yang diluncurkan lima tahun pertama, dinilai sukses. Sekalipun sudah ada dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Jaminan Kesehatan Nasional (Jamkesnas) yang sifatnya juga bantuan gratis pendidikan dan kesehatan secara nasional, keberadaan program Pendidikan Gratis dan Pelayanan Kesehatan Gratis Sulsel hadir memperkaya layanan gratis tersebut.

Program Pendidikan Gratis, memacu kesadaran warga memberikan pendidikan dasar bagi anak-anak di tingkat SD hingga SMP. Sedangkan untuk Program Kesehatan Gratis telah menimbulkan gelombang kesadaran besar bagi warga untuk memeriksakan kesehatan mereka ke tempat-tempat pelayanan kesehatan yang tersedia. Warga terserang flu ringan saja kini minta pemeriksaan kesehatan. Makanya, hampir semua daerah mengalami defisit dari alokasi anggaran kesehatan gratis yang disediakan setiap tahun.

Gambar

Proyek monumental di periode kedua jalan layang (flyover) Maros – Bone/Foto: sulsel.go.id

Paling menonjol dalam lima tahun pertama, tingkat pertumbuhan ekonomi Sulsel rata-rata di atas 8 persen, melebihi pertumbuhan secara nasional di atas 6 persen. Banyak pihak, sering mencibir setiap kali Gubernur SYL mengungkapkan fakta pertumbuhan tersebut, dengan alasan hanya sebagai permainan angka-angka statistik.

Bupati Bantaeng H.Nurdin Abdullah mengatakan, angka-angka pertumbuhan ekonomi sangat berkaitan tingkat kesejahteran masyarakat.  ‘’Tingginya angka pertumbuhan ekonomi akan dirasakan masyarakat dalam kehidupannya. Masyarakat Sulsel umumnya merasakan terjadi peningkatan kesejahteraan hidupnya dari hari ke hari,’’ katanya dalam suatu perbincangan.

Sebagai daerah pertanian tanaman pangan terbesar di kawasan timur Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir Sulsel mampu mencatat surplus beras sampai 2 juta ton setiap tahun.

Di periode kedua, pasangan Sayang dipastikan akan bekerja lebih keras. Selain  mempertahankan, dituntut meningkatkan prestasi yang telah dicapai. Juga dipastikan masyarakat Sulsel yang memilihnya kembali, akan menagih sejumlah program baru yang ditawarkan dalam kampanye Pilgub Sulsel periode 2013 -2018.

Di antaranya, melanjutkan program pendidikan gratis dari tingkat SD hingga SMA. Melanjutkan program kesehatan gratis. Memberikan SPP gratis bagi mahasiswa baru. Program ini usai pelantikan, 8 April 2013, akan langsung teruji lantaran sudah mulai memasuki masa penerimaan mahasiswa baru.

Berikut, program gratis 5 juta paket bibit di sektor pertanian dengan semua subsektornya. Pemberian paket modal pengembangan usaha mikro kecil, membangun 24 industri pabrik baru, membuka 500.000 lapangan kerja, peningkatan kualitas rumah rakyat, pengembangan kelompok wirausaha pedesaan, peningkatan kualitas tenaga pengajar melalui boarding school untuk guru-guru SD, SMP, SMA, guru ngaji, khatib, muballiq, dan ulama. Dan, menyediakan dana gratis pendidikan bagi siswa terpilih untuk sekolah kejuruan, serta melanjutkan program pemberian beasiswa untuk S2 dan S3.

Di luar program yang sudah dipapar sebagai ‘Janji kampanye’ tersebut, kerja keras harus dilakukan Pemprov Sulsel 5 tahun ke depan berkaitan dengan posisinya sebagai daerah ‘Lumbung Pangan’ Indonesia. Pasalnya, menurut pihak Dinas Pekerjaan Umum Sulsel, saat ini irigasi di Sulsel 70 persen dalam kondisi rusak, berumur tua. Akibatnya, dari 500 ribu hektar sawah yang butuh pengairan hanya sekitar 150 ribu hektar yang dapat dilayani secara teratur.

Namun begitu, dalam perjalanan periode kedua dipastikan kepemimpinan Sayang akan terkenang sepanjang masa lantaran dua proyek monumental sudah bakal dikerjakan. Pertama, proyek pembangunan jalan layang (flyover) Maros – Bone sepanjang 144 km. Dianggarkan di APBN bernilai Rp 1,5 triliun, dirancang rampung 3 tahun mendatang. Memperpendek jarak Maros – Bone yang dilalui selama ini sepanjang 175 km, dengan jarak tempuh 3-4 jam perjalanan.

Berikutnya, pembangunan jalan kereta api Makassar – Parepare sepanjang 137 km, lebih pendek dari jalur jalan saat ini yaitu 155 km.  Proyek yang ditaksir berbiaya Rp 20 miliar/km, bakal segera terujud lantaran pemerintah pusat kini sedang mempersiapkan pelaksanaan proyek yang merupakan bagian dari jalur kereta api Trans Sulawesi tersebut.

Masih cukup banyak potensi sumberdaya alam Sulsel belum terolah secara maksimal, di darat maupun di lautnya. Bahkan potensi di dalam perut buminya, berupa gas dan bahan mineral berharga masih sebagian kecil yang terolah. Tak heran jika makin terbuka akses dan tumbuhnya jaminan rasa aman dan nyaman di Sulsel, akan kian menarik banyak minat investor besar masuk menanamkan investasinya.

Kehadiran jalur kereta api dan jalan layang sebagai jalur nyaman  membelah poros tengah Sulsel, dipastikan akan jadi pemantik berkobarnya sumber-sumber baru peningkatan perekonomian masyarakat di daerah ini.  ‘’Ekonomi Sulsel apabila dikorek sedikit saja langsung bisa berkobar,’’ tandas Gubernur Syahrul Yasin Limpo dalam suatu kesempatan. Selamat bekerja, Komandan! (Mahaji Noesa, Koran INDEPENDEN Makassar, Edisi 29, 8 – 14 April 2013, Hal.3)

nurdinx1 jpeg

Halaman muka tabloid Independen Edisi 12, (3-9 Desember 2012)/Foto: Ist

Warga Bantaeng tidak salah memilih pemimpin. Pilihan mereka mendudukkan Prof.DR.Ir. HM.Nurdin Abdullah, M.Agr sebagai bupati sejak 6 Agustus 2008 kini telah membuahkan hasil. Pameran bertajuk Bantaeng Ekonomi Ekspo (BEE) yang digelar mulai 1 Desember hingga puncak peringatan Hari Jadi Bantaeng ke-758 tanggal 7 Desember 2012,  menjadi sebuah pentas terbuka bagi siapa saja untuk melihat fakta keberhasilan di kabupaten berjuluk Butta Toa tersebut.

Pameran berskala regional nasional pertama dilakukan di wilayah selatan Sulsel itu tidak sekedar dijadikan event penggembira memperingati hari jadi kabupaten yang berada 120 km di arah selatan Sulsel.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Bantaeng, Asri Said, sebanyak 70 stand yang disediakan tak hanya diminati pengusaha berbagai produk tapi juga sejumlah Pemkab di Sulsel ikut memanfaatkan BEE guna mempromosikan potensi dan produk daerahnya. Dari kabupaten Bulukumba dan Jeneponto, misalnya. Bahkan BEE ini diikuti perwakilan dari wilayah Provinsi Sulawesi Barat.nurdin Abdullah-2

Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah/Foto: Mahaji Noesa

‘’Bagi Pemkab Bantaeng, paling penting momentum BEE 2012 dijadikan jendela untuk memberi kesempatan kepada siapa saja melihat langsung fakta keberhasilan pembangunan terutama kaitan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Bantaeng,’’ jelas Asri.

Bantaeng seluas 395 km persegi dengan penduduk 172 ribu jiwa, dalam 4 tahun terakhir mampu memacu peningkatan pendapatan penduduknya dari Rp 5 juta tahun 2008 menjadi sekitar Rp 11 juta per kapita tahun 2012. Laju pertumbuhan ekonomi sekitar 5 % tahun 2008 naik jadi 8 % tahun 2012. Penduduk miskin sekitar 11 % tahun 2008, saat ini telah berkurang sisa sekitar 8 %.

Angka-angka perestasi seperti itulah yang mencengangkan berbagai kalangan terhadap Bantaeng. Justeru banyak pihak sebelumnya enggan memercayai keberhasilan tersebut, mengingat kabupaten terkecil di Sulsel selama ini hanya mengandalkan potensi dari tanaman hortikultura, sedikit tanaman perkebunan, persawahan dan perikanan. Lagi pula Pemkab Bantaeng baru punya PAD tak lebih Rp 20 miliar setahun, dan APBD-nya pun belum mencapai Rp 500 miliar.

Acungan jempol kemudian muncul dari berbagai arah, setelah Kementerian Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal mencabut status Bantaeng sebagai Kabupaten Tertinggal tahun 2010 lalu. Menyusul munculnya apresiasi Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang mengakui langkah cepat Bantaeng menurunkan angka kemiskinan. TNP2K sendiri menargetkan dapat menurunkan angka kemiskinan 18 % secara nasional tahun 2014.

Dalam berbagai kesempatan bupati Nurdin Abdullah mengatakan, karena wilayah kecil maka langkah yang dilakukan adalah memacu meningkatkan produktivitas setiap komoditas yang dikembangkan. Megembangkan komoditas bernilai jual tinggi dan punya pasar. Dihadirkan industri yang dapat mengemas dan mengolah produk agar berdaya saing serta bernilai jual tinggi. Semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait diwajibkan menjadi motor penggerak kemajuan dan peningkatan sektor usaha rakyat

‘’Begitulah dilakukan selama ini untuk memajukan usaha serta meningkatkan pendapatan masyarakat di Bantaeng, daerah yang sudah berusia tua tapi baru mulai menata strategi pengembangan daerah dengan semua potensinya,’’ jelas master agro dari Kyushu University Jepang yang beberapa kali diundang pihak Bank Dunia memapar kiat kemampuan memacu pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat Bantaeng dengan pendapatan daerah yang terbatas.

Paling menonjol dari banyak komoditas bernilai tinggi dikembangkan masyarakat Bantaeng saat ini adalah tanaman talas safira. Satu hektar lahan, sesuai nilai jual saat ini, dapat dihasilkan Rp 400 juta setiap tahun. Suatu nilai cukup besar dibandingkan penanaman komoditas lain di luasan lahan yang sama.

Pemkab Bantaeng telah membuka kerja sama penjualan talas safira ke Jepang. Pihak Jepang menyanggupi sampai 60 ton sehari, sedangkan Bantaeng baru dapat memenuhi sekitar 20 ton talas safira sehari. Terdapat sekitar 13.000 hektar lahan di Bantaeng cocok untuk tanaman talas safira.

Di kawasan pengembangan agrowisata kecamatan Ulu Ere, sentra penghasil tanaman sayur-mayur Bantaeng, pun dikembangkan ratusan hektar tanaman strawberry dan appel, serta berbagai jenis bunga yang memiliki nilai jual tinggi serta punya pasaran yang jelas.

Selain Jepang, telah dibuka jaringan pemasaran komoditas dengan berbagai negara lain. Sudah dirintis pengembangan tanaman jagung dengan sistem mekanisasi dari mulai tanam hingga penen kerja sama investor dari Korea di lahan 30 ribu hektar. Di sektor perikanan, telah dibangun industri pengolahan ikan di Bantaeng yang membutuhkan bahan baku sampai 40 ton ikan segar setiap hari.

Selain dibentuk Badan-badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang diberi bantuan dana stimulans Rp 100 juta hingga Rp 300 juta/Bumdes untuk pengembangan usaha ekonomi pedesaan, lebih dari 200 koperasi kerjasama perbankan membackup pengembangan usaha kecil menengah di tingkat pedesaan. Pihak Kementeriaan Koperasi dan UKM malah sudah menetapkan Bantaeng sebagai salah satu pilot proyek OVOP (One Village One Product) – Satu Desa Satu Produk di Indonesia.

Untuk mengamankan petani dari jeratan tengkulak saat produk melimpah dan harga merosot, Pemkab Bantaeng menangkal dengan penerapan sistem resi gudang. Modelnya,  produk  dapat digudangkan hingga harga jual normal, tapi atas kerja sama perbankan petani dapat memperoleh 70 persen dari nilai barangnya tersebut sebelum terjual.

‘’Prinsip kita di Bantaeng sebisanya memanfaatkan semua dana APBD untuk peningkatan usaha dan kesejahteraan rakyat. Untuk pembangunan fisik, dicari atau memanfaatkan anggaran dari sumber lain,’’ kata Nurdin Abdullah.

Itulah Bantaeng. Ibukotanya, kota Bantaeng, dulunya dikenal dengan nama Bonthain, sebuah kota lama yang kini sedang dipacu menjadi sebuah kota modern. Ketika suatu saat meninjau pelabuhan kapal laut nusantara Mattoangin, Nurdin Abdullah menyatakan Bantaeng dapat menjadi pintu masuk di bagian selatan Sulsel seperti posisi Kota Parepare.

Obsesi itu boleh jadi terujud. Lebih dari 30-an ribu warga dari 8 kecamatan yang ada di Kabupaten Bantaeng, Rabu (28/11) mendatangi Nurdin Abdullah di kediamannya, Bonto Atu, Bantaeng, meminta agar bersedia dicalonkan kembali sebagai bupati periode 2013 – 2018. Mereka ragu, kerena belum ada jawaban atas kedatangan sejumlah Parpol untuk mengusungnya ke Pilkada Bantaeng, pdahal suksesi Pilkada Bantaeng akan berlangsung April 2013. Dan kali pertama diusung rakyat tahun 2008, kali ini Nurdin Abdullah  menjawab: ‘’Jika rakyat menghendaki saya akan kembali mencalonkan diri sebagai pelayan rakyat !’’ (Mahaji Noesa/Independen Edisi 12, 3-9 Desember 2012)